Kau badut yang jenaka.
Selalu melahirkan canda tawa.
Merubah situasi kusut jadi ceria.
Kesana sini kau di sewa.
Agar hadirin jadi bahagia.
Menikmati minuman segar dan seluruh hidangan mewah di atas meja.
Taqdirmu jadi bahan berita.
Jalan hidupmu jadi sumber cerita.
Hadirmu jadi penghapus air mata.
Keberadaanmu jadi melegenda.
Hadirmu bagai fenomena.
Ketiadaanmu di cari kemana mana.
Apakah orang yang biasa melahirkan canda tawa ria di hatinya tak mengenal asmara.
Apakah di hatinya tak mengenal wanita.
Apakah di hatinya tiada mengenal cinta.
Apakah di hatinya tiada pujaan yang di damba.
Oh..
Badut pembawa bibit canda tawa.
Di saat semua orang bersukaria.
Bisakah hatimu mengikuti mereka.
Padahal di dalam baju tebalmu panas membara.
Peluhmu sudah tidak satu warna.
Keringatmu sudah memerah merona.
Bercampur darah membasahi seluruh lekuk tubuhmu begitu merata.
Kau takkan bisa keluar dari situasi itu begitu saja.
Kau tak bisa hentikan itu hingga jam kontrakmu purna.
Lingkungan yang melihatmu dan keadaanmu sungguh begitu jauh berbeda.
Oh..
Badut yang sempurna.
Semakin orang menikmati tampilanmu kau semakin tersiksa.
Kau tampilkan seluruh yang kau bisa.
Goyang patah goyang itik angsa.
Hatimu patah oleh setitik cinta.
Kau benar-benar tersiksa dan tak menikmatinya.
Tapi kau takkan bisa berhenti memerankanya.
Tangismu jadi tangisan merdu yang menggelora.
Jeritmu jadi jeritan sendu penuh rekayasa.
Kau hanya harus selalu ikuti alur nada.
Kau harus serasikan lagu kematian dengan irama.
Bila ada salah langkahmu sumpah serapah kutukan harus kau terima.
Hinaan cemoohan seloroh keji dan nista.
Sudah jadi menu harianmu yang penuh derita.
Jerit tangismu harus kau ungkapkan pada siapa.
Badut yang bertaqwa tahu arah tuk ungkap dan tumpahkan seluruh problema.
Hanya pada Alloh SWT semata.
Harapanmu hanya meraih ridho Ilahi sampai saatnya tiba.
14 Juni 2018
LASKAR HATI
Post a Comment for "SUKMA BADUT CERIA"